I
Prolog
Lord Tortio memicingkan mata. Sayup-sayup terdengar teriakan dan hentakan kaki dari kejauhan. Suara itu sangat kencang sampai terdengar ke arah bukit, tempat pemanah bersiap-siap untuk menyerang dan tinggal menunggu komando.
Jenderal Geority mendekati Lord Tortio yang tampak mematung. Sementara, ribuan pasukan di belakangnya sudah bersiap untuk menyerang. Jenderal itu menepuk pudak Lord Tortio yang terbungkus baju zirah piringannya.
“Pengintai melihat, mereka ada 10.000-an.” terang Sang Jenderal.
Lord terus terdiam dan hanya mengisyaratkannya agar menunggu. Sang Jenderal paham maksudnya. Ia bergegas berbalik ke arah pasukannya.
Lord Tortio mengamati awan. Di sana, seperti tergambar wajah Lady Isabella, cintanya yang setia. Semangatnya makin berkobar. Dia menoleh ke belakang dan menatap Jenderal Geority. Mereka mengangguk.
Semua pasukan berteriak. Pemanah di bukit mulai menembakkan panah mereka dengan api. Crash....hampir tidak ada yang meleset. Lord Tortio mulai memacu kudanya disusul Jenderal Geority dan ksatria-ksatria di belakangnya.
Sementara, Lord Angelo juga menambah kecepatan kudanya. Kapak besar di punggungnya berkilauan ditimpa cahaya bulan. Helm perangnya yang bertanduk terasa ringan karena semangat. Lord Tortio menatapnya dari kejauhan. Mereka saling tatap dan kemudian mulai menyerang.
Lady Isabella menatapnya dengan takut dari arah gunung. Hatinya teriris, mulutnya bergetar, kepalanya pusing. Dia tidak sanggup melihatnya. Dia membalikkan tubuhnya sementara kedua lord itu saling mengangkat senjata.
0 comment:
Posting Komentar